SURAT KECIL UNTUK PARA DILAN

by - September 22, 2018


“Jangan rindu. Rindu itu berat. Kau tidak akan kuat. Biar aku saja”

Adakah yang belum pernah mendengar kalimat itu? Bagi yang belum pernah, itu kalimat yang Dilan katakan ke seorang Milea dan bagi yang sudah pernah dengar, kira-kira seberat apakah rindu itu sampai-sampai menurut Dilan seorang Milea tidak akan kuat? Kalau untuk rindu saja Milea tidak akan kuat, kira-kira akan kuatkah Milea jadi seorang perawat?

“Perawat itu tidak ada bedanya dengan pembantu, nyebokin orang, mandiin orang” Jika untuk rindu saja Milea tidak kuat, kira-kira akan kuatkah Milea mendengar kalimat itu?

Ada yang belum pernah mendengar kalimat itu? Itu kalimat yang dikatakan oleh beberapa Dilan di 'dunia nyata'. Sakit hatikah perawat mendengar kalimat Dilan di 'dunia nyata' itu? Tidak, karena memang benar itu hal yang dilakukan perawat, salah satu tepatnya terlepas dari sebutan pembantu itu.

Tapi pernahkah kalian berfikir jika tidak ada perawat, saat keluarga atau orang tua kalian diopname di Rumah Sakit, siapakah yang memandikan atau sekedar mengganti pampers mereka? Kalian kah yang melakukan semua itu? Sedikit saja yang menjawab ‘iya’, sebagiannya lagi tak menjawab, hanya memegang handphone yang harganya mungkin berkali lipat lebih besar dari gaji perawat dan sebagiannya lagi palingan cuma meng-update status ‘GWS Mom’ di semua akun sosmed yang kalian punya, jika yang sakit adalah ibunya. Oya ada lagi yang mengunggah foto tangan yang sedang dipasang infus ke akun instagramnya dengan caption 'cepat sembuh beb', jika yang dirawat adalah pacarnya. Tapi tahukah kalian siapa yang memasang infus itu? Iya perawat yang kalian sebut pembantu itulah yang memasang.

Kira-kira kalian tahu tidak siapa yang menyuntikkan obat di tangan, di selang infus, di perut atau bahkan di pantat kalian atau keluarga kalian saat terbaring lemah di Rumah Sakit? Siapa juga yang memasukkan obat ke pantat anak/adik kalian saat mereka demam tinggi, dan siapa yang memasukkan obat ke pantat orang tua kalian saat kalian mengeluhkan beliau-beliau belum bisa BAB beberapa hari? Iya lagi-lagi pembantu itu.

Tahukah kalian siapa yang selalu memberikan informasi saat kalian kebingungan dengan kondisi kalian/anggota keluarga kalian? Dan tahukah siapa yang selalu mendampingi dan selalu mendengar keluhan kalian saat dokter belum bisa menemui kalian? Nggak perlu dijawab itu sudah pasti mereka si perawat.

Apa kalian juga tahu? Saat kalian mengeluh kepada perawat tentang biaya dan kondisi ekonomi kalian, para perawatlah yang melanjutkan keluhan kalian ke dokter, tentang kekurangmampuan kalian untuk membayar obat-obatan yang mahal dan perawat juga yang menanyakan pilihan atau alternatif lain yang tidak kalah baiknya dengan therapi sebelumnya, tentu dengan harga yang bisa kalian jangkau.

Semua itu hanya sebagian kecil dari peran perawat sebagai Care Giver, Collaborator, Consultan, Educator, Advokat, Coordinator dan Inovator.

Lhoo… kok banyak? Kalem, yang kaget tidak hanya kalian, mereka si perawat sendiri pun juga kaget saat mendengar deretan peran perawat yang harus mereka pikul nantinya. Mungkin lebih kaget dari kalian saat mereka mendengarnya di bangku kuliah dulu, dari seorang dosen yang selalu bangga dengan profesi perawatnya.

Sadarkah kalian? Tempat mereka bertugas merupakan tempat berkumpulnya berbagai penyakit. Risiko tertular lewat udara, lewat sentuhan atau bahkan karena secara tidak sengaja tertusuk jarum suntik bekas akibat buru-buru menghampiri kalian untuk merespon keluhan kalian, tidak jarang itu jadi hantu bagi mereka. Namun, pernahkan kalian mendengar seorang perawat menyarankan agar kalian tidak membawa anak kecil saat berkunjung/menjenguk kerabat kalian di Rumah Sakit? Itu bukan karena si perawat tidak suka anak kecil, tapi mereka kasihan takut-takut anak kalian tertular. Nah kalau sudah tertular, mesti opname dan dipasang infus. Apa kalian juga tahu betapa sulitnya memasang infus anak-anak? Apalagi kalau di otak si anak sudah terpatri kalau perawat suka menyakiti anak-anak, iya terpatri lewat kalimat kalian 'jangan nakal nanti disuntik sama perawat?'

Pernahkah kalian membaca berita di koran atau menonton berita di televisi atau mungkin melihat kejadiannya langsung tentang perawat yang dipukul oleh anggota keluarga pasien, dicaci anggota keluarga pasien. Lagi-lagi perawat jadi pelampiasan atas kesedihan dan marah dari mereka yang kurang mengerti jika perawat sebenarnya sudah menjalankan tugas mereka sebaik mungkin. Lagi-lagi perawat jadi pelampiasan bagi mereka yang sebenarnya sedang bingung mencari uang untuk membayar biaya pengobatan keluarga mereka. Ada juga kejadian seorang gubernur menendang tong sampah atau apalah itu saat berkunjung atau mungkin disebut sidak ke salah satu Rumah Sakit, beliau marah karena perawat tidur? Mohon dimaklumi ya pak, perawat cuma bisa nyuri waktu tidur, nggak bisa nyuri yang lain.

Pernahkan kalian bertanya, apa perawat bisa sakit? Perawat juga manusia, nggak sedikit kejadian seorang perawat yang sedang hamil lantas keguguran karena kecapekan. Nggak sedikit juga dari mereka bertugas dengan kondisi kurang fit. Sakit seperti sakit kepala, demam, pilek atau bahkan saat mereka kena Demam Berdarah atau mungkin yang lainnya bukan alasan bagi mereka untuk mangkir dari tugas. Atau bagaimana saat si perawat sendiri punya anggota keluarga yang sakit? Ahh... sudahlah.

Satu lagi, apa kalian tahu berapa gaji perawat? Jika tidak, tolong tanyakan sekarang kepada teman, pacar, saudara/sepupu, atau mungkin orang tua kalian yang berprofesi sebagai perawat? Sudah kalian tanyakan? Jika sudah, sekarang aku yang bertanya.

Melihat profesi perawat yang terkesan rendah di beberapa mata masyarakat termasuk kalian para Dilan yang ternyata kuliahnya saja belum kelar, melihat peran-peran yang mereka jalani, resiko yang mereka hadapi serta penghasilan mereka, yang jumlahnya sudah kalian tanyakan barusan, dengan jumlah gaji yang segitu, kira-kira cukup tidak buat mereka mengoleksi mainan action figur? Upsss....bukan itu pertanyaannya tapi ini;

“Lebih berat mana, rindunya Dilan atau jadi perawat?”

You May Also Like

0 komentar