DUKUN
Sebuah desa kecil, desa yang terletak di antara dua gunung, desa yang sangat terpencil, Dacil namanya. Akses ke desa ini pun sangat sulit.
Dalam hal tertentu, seperti perhitungan hari baik, pengobatan, bahkan petunjuk-petunjuk tentang kehilangan barang ataupun yang lainnya, masyarakat di desa ini dan sekitarnya mengandalkan seorang dukun, dukun yang sangat mereka segani. Mbah Guli, begitu panggilan masyarakat kepada beliau.
Hari ini tepat selasa kliwon, tampak tiga orang sudah mengantri di teras rumah Mbah Guli, teras rumah dengan beberapa kursi yang sengaja disediakan untuk tamu-tamu yang berkunjung. Mereka menunggu giliran masuk entah untuk berobat atau sekedar meminta petunjuk.
Pasien pertama sudah dipanggil dan langsung masuk ke ruangan si Mbah. Ruangan yang luasnya sekitar 4x4 meter, dengan lampu remang di kedua sudut ruangan di belakang tempat duduk si Mbah. Asap kemenyan tampak mengepul di hadapan Dukun yang mengenakan pakaian serba gelap itu. Sesekali si Mbah terdengar batuk, mungkin karena sudah usia atau mungkin juga karena setiap hari bergelut dengan asap kemenyan.
"Kamu ke sini pasti karena sakit ya cu?" si Mbah menebak alasan kedatangan pasiennya.
"Tidak Mbah" jawab pasien.
"Lantas kenapa kamu ke sini?"
"Saya kehilangan kotak perhiasan saya Mbah"
"Itu maksud Mbah, apa hatimu tidak sakit kehilangan kotak perhiasanmu itu?"
"Sakit mbah, di dalam kotak itu ada banyak perhiasan yang sudah saya kumpulkan selama bertahun-tahun Mbah"
"Kira-kira siapa yang telah dengan teganya mengambil kotak itu Mbah? Mohon petunjuknya Mbah"
"Iya cu, sebentar. Padahal kamu sudah menaruh kotak itu di tempat yang aman, kan cu?"
"Iya Mbah"
"Mbah lihat yang ngambil kotak perhiasan kamu itu orang terdekat kamu cu, orang yang tahu tempat kamu menaruh barang-barang berhargamu cu"
"Kalau boleh tahu siapa namanya Mbah?" tanya si pasien.
"Maaf cu, Mbah tidak boleh mengatakan namanya walaupun Mbah tahu cu"
"Iya Mbah"
"Apa ada lagi yang cucu tanyakan?"
"Tidak Mbah, terima kasih Mbah, saya pamit ya Mbah"
Pasien kedua diperbolehkan masuk ke ruangan Mbah Guli.
"Gimana cu, kalau kamu kehilangan apa cu?" tanya si Mbah.
"Saya tidak kehilangan apa-apa Mbah"
"Apa kamu sakit?"
"Tidak juga Mbah, saya tidak sakit"
"Lantas kenapa kamu ke sini cu?"
"Begini Mbah, sudah seminggu lebih saya tidak bisa tidur Mbah"
"Benarkan tebakan Mbah, kamu itu kehilangan waktu tidurmu, kehilangan waktu istirahatmu"
"Iya Mbah"
"Saran Mbah, kamu kurang-kurangin keluar di sore hari apalagi menjelang malam"
"Kurang-kurangin juga ngomongin orang di poskamling malam-malam, nanti jadi keasyikan sampai pagi. Gimana kamu bisa tidur kalau sudah keasyikan gitu?"
"Iya Mbah, terima kasih banyak Mbah."
"Iya cu, sama-sama."
Pasien ketiga pun dipanggil dan diperbolehkan masuk ke ruangan si Mbah.
"Kamu ada masalah apa cu?"
"Tidak Mbah, saya tidak ada masalah"
"Apa ada yang sakit?"
"Tidak juga Mbah."
"Atau kamu kehilangan sesuatu"
"Tidak juga Mbah, saya tidak kehilangan apa-apa."
"Lantas kenapa kamu ke sini cu?"
"Begini Mbah, sekitar sebulan lalu saya sempat ke sini, saya lihat ramai sekali orang yang antri disini, dari cerita mereka dan pengalaman saya bulan lalu, saya heran sama Mbah. Mbah selalu bisa memberikan nasehat buat orang-orang yang datang ke sini, Mbah selalu punya jawaban tiap pertanyaan mereka"
"Kalau boleh saya tahu, maaf Mbah sebelumnya kalau saya lancang, bagaimana caranya Mbah bisa menjawab semua pertanyaan dan masalah orang-orang yang datang ke sini Mbah?"
"hahahaaa, huks huks hukss" si Mbah tertawa kecil dan sempat batuk lagi.
"Kamu salah cu, tidak semua pertanyaan bisa Mbah jawab"
"Memangnya pertanyaan seperti apa yang tidak bisa Mbah jawab?" tanya si pasien penasaran.
"Pertanyaan pertamamu tadi itu cu yang tidak bisa Mbah jawab."
0 komentar