Kau tahu?
Diam-diam dirimu tak hanya kujadikan teman tengkar.
Kau lebih dari itu.
Kau kujadikan harmoni untuk lagu-laguku yang sumbang.
Kau menjadi bunga pilihan untuk karangan yang kurangkai.
Kau adalah diksi untuk melengkapi puisi-puisiku.
Kau adalah jingga pada pelangi yang kutemui.
Kau masih menjadi muara bagi arusku.
Dirimu masih menjadi utara pada peta yang kubawa.
Ingin sekali rasanya malam ini aku menyapamu dan mengatakannya langsung.
Tapi seperti yang kau tahu, aku hanya manusia dengan kepercayaan diri yang kurang.
Ingin sekali rasanya aku menghujanimu dengan pujian-pujian yang ada di kepalaku.
Tapi aku takut jika itu malah membuatmu geli.
Takut jika itu malah membuatmu merasa horor, seperti yang sudah-sudah.
Karenanya, dari kejauhan izinkanlah aku untuk sekadar berucap...
"Selamat malam, semoga pejammu lelap, hingga kau kembali siap menemui pagi yang dipenuhi rindu-rinduku yang merajam."
Diam-diam dirimu tak hanya kujadikan teman tengkar.
Kau lebih dari itu.
Kau kujadikan harmoni untuk lagu-laguku yang sumbang.
Kau menjadi bunga pilihan untuk karangan yang kurangkai.
Kau adalah diksi untuk melengkapi puisi-puisiku.
Kau adalah jingga pada pelangi yang kutemui.
Kau masih menjadi muara bagi arusku.
Dirimu masih menjadi utara pada peta yang kubawa.
Ingin sekali rasanya malam ini aku menyapamu dan mengatakannya langsung.
Tapi seperti yang kau tahu, aku hanya manusia dengan kepercayaan diri yang kurang.
Ingin sekali rasanya aku menghujanimu dengan pujian-pujian yang ada di kepalaku.
Tapi aku takut jika itu malah membuatmu geli.
Takut jika itu malah membuatmu merasa horor, seperti yang sudah-sudah.
Karenanya, dari kejauhan izinkanlah aku untuk sekadar berucap...
"Selamat malam, semoga pejammu lelap, hingga kau kembali siap menemui pagi yang dipenuhi rindu-rinduku yang merajam."